Kamis, 05 Januari 2012

Perbedaan Akhlak, Etika dan moral

Seringkali dalam pengungkapan banyak tulisan antara akhlak, etika dan moral tidak dibedakan. Bahkan cenderung menyamakan maksud antara ketiganya. Akan tetapi sebenarnya, pada dasarnya ketiga istilah tersebut memiliki perbedaan( selain dari asal katanya), yaitu :
- Akhlak tolak ukurnya adalah Alquran dan AsSunah
- Etika tolak ukuranya adalah pikiran/akal
- Moral tolak ukurnya adalah norma yang hidup dalam masyarakat


Read more: Perbedaan Akhlak, Etika dan moral - IslamWiki http://islamwiki.blogspot.com/2009/03/perbedaan-akhlak-etika-dan-moral.html#ixzz1if4j5N70
Under Creative Commons License: Attribution

SYIRIK

Penerbit: Pustaka Darul Hikmah Bima (14 Agustus 1987)
Oleh: DR. Yusuf Al-Qardhawi
Penerjemah: H. Abd. Rahim Haris

BAB II
SYIRIK 

Syirik ialah membuat dan menjadikan sekutu bagi Allah dalam melakukan sesuatu perbuatan yang seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah (hak Allah). Menjadikan tuhan-tuhan lain bersama Allah. Dia menyembahnya, mentaatinya, meminta pertolongan kepadanya, mencintainya dan atau melakukan perbuatan-perbuatan lain seperti itu yang tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah Swt.

Itulah yang dinamakan dengan syirik akbar (besar), syirik yang tidak akan diterima amal kebaikannya dan bahkan seluruh amal perbuatannya akan sia-sia. Karena syarat pertama diterima dan dinilainya amal itu harus diikhlaskan karena Allah Swt.

    "Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (Al-Kahfi 110) 

Bagaimanapun dosa syirik tersebut tidak akan diterima oleh Allah Swt.

    "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya" (An-Nisa' 48)

Allah Swt. mengharamkan syurga bagi orang yang berbuat syirik dan tepatnya adalah di dalam neraka.

    " Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya syurga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun" (Al-Maidah 72)

1. Macam-macam syirik
Syirik ada dua macam; syirik akbar (besar) dan syirik asgar (kecil).
Syirik akbar ialah dosa besar yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Pelakunya tidak akan masuk syurga untuk selama-lamanya.
Syirik asgar (kecil) ialah termasuk dosa-dosa besar yang ditakutkan bagi pelakunya akan meninggal dalam keadaan kufur manakala Allah tidak mengampuninya dan selama dia tidak bertaubat kepada-Nya sebelum meninggal.

A. Syirik Akbar (Besar)

a. Syirik Jalie dan Khafie
Syirik Akbar ada dua macam, yaitu dzahirun Jali (nampak nyata) dan Bathinun Khafi (tersembunyi).
Diantara syirik Akbar yang dzahir ialah peribadatan kepada tuhan-tuhan lain di samping Allah. Baik tuhan berbentuk bintang, matahari, bulan, berhala, batu, anak lembu, sapi, atau manusia seperti Fir'aun, dan raja-raja yang menda'wakan dirinya sebagai tuhan atau didakwakan manusia sebagai tuhan, sehingga ada sebahagian manusia yang mempercayainya sebagai tuhan. Demikian pula orang-orang yang menyembah "Budha" atau Isa Ibn Mariam atau menyembah makhluk-makhluk ghaib seperti jin, syetan dan malaikat, yang telah terjadi pada berbagai ummat terdahulu, adalah merupakan perbuatan Syirik Akbar.

b. Meminta pertolongan kepada orang mati
Di antara syirik Akbar khafie (tersembunyi), yang tidak terlihat oleh kebanyakan manusia ialah berdoa kepada orang mati dan kuburan orang-orang. Meminta pertolongan dari mereka untuk dikabulkan kehendaknya, meminta disembuhkan dari penyakit dan dihilangkan dari bala, atau dimenangkan dari lawan. Perbuatan-perbuatan yang hanya patut ditujukan kepada Allah.
Itulah perbuatan syirik dunia, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qayim. 
Ada dua sebab yang mengakibatkan tersembunyinya syirik tersebut ialah:

1. Karena mereka tidak mengidentikkan do'a dan permohonan perlindungan serta pertolongan kepada kuburan tersebut sebagai ibadat.
Mereka menganggap ibadat itu hanya terbatas pada ruku', sujud, shalat, dan zakat.
Padahal pada hakikatnya, do'a itu adalah ruhnya ibadat. Demikian sabda Rasulullah dalam hadits yang berbunyi :

    " Doa ialah ibadat"

2. Mereka mengatakan bahwa kami tidak berkeyakinan bahwa orang-orang mati tempat kami berdo'a dan memohon perlindungan itu sebagai tuhan-tuhan karena mereka adalah makhluk-makhluk yang sama seperti kami. Tapi mereka adalah perantara-perantara yang menghubungkan antara kami dengan Allah dan pemberi syafaat bagi kami disisi-Nya.
Perbuatan-perbuatan itu diakibatkan oleh kejahilan mereka tentang Allah. Menganggap-Nya sama dengan raja yang kejam dan penguasa yang dzalim, yang tidak dapat dihubungi kecuali melalui perantaraan dan pemberi syafaat.
Keyakinan seperti itulah yang telah menjerumuskan orang-orang musyrikin pada masa lalu, ketika mereka melukiskan tentang tuhan-tuhan dan berhala - berhala mereka.

    "Tidaklah kami menyembah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya."
    Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah" (Yunus 18).

Mereka tidak pernah berkeyakinan bahwa tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka itu dapat mencipta atau memberikan rezki atau menghidupkan atau mematikan.
Firman Allah Swt.

    " Dan jika sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? "niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui" (As-Zukhruf 9).

    "Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab :"Allah", Maka katakanlah:"Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)" (Yunus31).

Bersamaan dengan keyakinan mereka kepada Allah Swt. sebagai Pencipta langit dan bumi, pemberi rezki, pengatur seluruh alam, pemberi kehidupan dan kematian, dibarengi dengan keyakinan kepada berhala-berhala sebagai perantara dan pemberi syafaat kepada mereka di sisi Allah, maka Al-Qur'an menamakan mereka dengan orang-orang musyrik. Allah memerintahkan agar mereka diperangi, sehingga mengucapkan kalimat "LAILAAHA ILLALLAH"  (Tiada Tuhan selain Allah).
Siapa saja yang mengikrarkan kalimat tersebut berarti telah selamat darah dan hartanya, kecuali melanggar hukum-hukum Islam.
Allah Swt. tidak membutuhkan kepada perantara dan pemberi syafaat, karena Dia dekat dengan manusia.

    "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat" (Al-Baqarah ayat 186)

    "Dan Tuhanmu berfirman:" Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu" (Ghafir 60).

Pintu Allah senantiasa terbuka bagi siapa saja yang hendak memasukinya. Tidak ada batas dan pemisah.

b. Mengangkat pembuat undang-undang selain Allah.
Diantara perbuatan syirik besar yang nampak dan tidak nampak pada kebanyakan manusia ialah, menjadikan selain Allah sebagai pembuat undang-undang atau mencari hukum lain selain hukum Allah. Atau dengan kata lain, memberikan wewenang kepada beberapa orang, baik individu atau kelompok guna membuat perundang-undangan yang absolut bagi mereka atau manusia lain. Dengan wewenang itu mereka mambuatkan hukum halal dan haram sesuai dengan kemauan sendiri. Membuatkan sistim, aturan-aturan , metode  kehidupan dan idealisme yang berlawanan dengan syar'at Allah Swt. Lalu orang-orang lain mengikuti dan mentaati perundang-undangan yang mereka buat itu seolah-olah merupakan syari'at atau hukum dari langit yang harus dipatuhi dan tidak dapat dilanggar sedikitpun.

Padahal yang berhak membuat undang-undang bagi ciptaan-Nya hanyalah Allah sendiri. Karena Dia-lah Yang mencipta, memberi rezki, dan menganugerahkan nikmat yang nyata dan tersembunyi kepada mereka. Hanya hak Allah untuk memberi tugas, memerintah, melarang, dan menentukan hukum halal dan haram kepada manusia. Karena Allah adalah Rabb, Penguasa dan Tuhan manusia. Tidak ada yang berhak menjadi Rabb, Penguasa, dan Tuhan selain Dia. Hanya Dialah yang memiliki kekuasaan hukum dan perundang-undangan.
Alam adalah kerajaan Allah Swt. manusia hanyalah hamba-hamba-Nya. Dialah pemilik dan Penguasa kerajaan tersebut, dan hanya Dia yang berhak membuat hukum, menentukan halal dan haram. Manusia sebagai hamba-hamba-Nya wajib mematuhi dan melaksanakan hukum-hukumNya.

Jika ada di antara hamba-hamba dalam kerajaan ini yang menganggap, ada seseorang yang mempunyai hak memerintah dan melarang, menentukan hukum halal dan haram serta membuat perundang-undangan tanpa seidzin pemilik dan penguasa kerajaan, maka berarti telah menjadikan sebahagian hamba kerajaan itu sebagai sekutu bagi-Nya dalam kerajaan, menentang Kekuasaan dan Kedaulatan-Nya.Oleh sebab itu Al-Qur'anul Karim memfonis Ahli kitab itu dengan syirik, karena mereka menyerahkan kepada pendeta dan rahib untuk membuat perundang-undangan, lalu mereka patuhi apa yang telah dihalalkan dan diharamkan buat mereka.

Firman Allah :

    "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahibnya mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka) mempertuhankan Al-Masih putera Maryam; padahal mereka sebagai Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (At-taubah 31).

Rasulullah Saw. telah memberikan penafsiran ayat tersebut kepada seorang sahabat bernama Adi Bin Hatim At-Tha'i yang pada zaman jahiliah menganut agama Kristen. Setelah dia memeluk Islam, dia datang kepada Rasulullah, lalu beliau bacakan ayat diatas kepadanya. Adi berkata :

    " Lalu aku berkata kepada Rasulullah, bahwa mereka (orang-orang Kristen) itu tidak menyembah pastur dan pendeta itu", Maka jawab Nabi Saw.: " Betul! tetapi mereka (pada pastur dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka" (R. Ahmad dan Tirmidzi)

Ayat di atas dan tafsirannya dari hadits Rasulullah Saw. menunjukkan bahwa barangsiapa yang taat kepada selain Allah, atau mengikuti yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah, berarti dia telah menjadikan yang diikutinya itu sebagai tuhan atau ma'bud (yang disembah), dan menjadikan sesuatu yang lain itu sebagai sekutu bagi Allah. Hal demikian sudah tentu bertentangan tauhidullah yang diidentifikasi dengan kalimatul ikhlash " LAILAAH ILLALLAH"
Karena Al-Ilaah (Tuhan) adalah Ma'bud, dan Allah telah menamakan kepatuhan mereka tehadap rahib-rahib mereka sebagai peribadatan, dan menamakan mereka dengan tuhan-tuhan atau sekutu-sekutu bagi Allah dalam peribadatan, maka, inilah yang dikatakan dengan syirik Akbar (besar).
Setiap orang yang mentaati makhluk lain serta mengikuti selain apa yang telah disyari'atkan Allah dan Rasul-Nya, berarti telah menjadikannya sebagai ma'bud (yang disembah) meskipun mereka tidak menamakannya demikian.

    " Dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang musyrikin" (Al-An'aam 121)

Makna yang sama dengan ayat di atas ialah firman Allah:

    "Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diidzinkan Allah?" (As-Syuura 21)

Demikian hukum Al-Qur'an dan Sunnah mengenai orang-orang yang mengangkat selain Allah sebagai pembuat undang-undang dan mengikuti apa yang tidak diperkenankan Allah, lalu bagaimanakah hukum orang-orang yang menjadikan dirinya sekutu Allah, mengangkat diri sendiri sebagai yang memiliki hak dan kekuasaan, membuat perundang-undangan, dan menentukan halal dan haram? bukankah perbuatan-perbuatan itu merupakan karakteristik ketuhanan?

B. Syirik Asgar (Kecil)

Selain syirik akbar, terdapat pula syirik asgar. Termasuk dalam kategori syirik asgar, antara lain: 

a. Bersumpah dengan selain Allah
Di antara syirik asghar (kecil) ialah bersumpah dengan selain Allah Swt. seperti, bersumpah dengan nama nabi, dengan ka'bah, dengan seorang wali, dengan seorang pembesar, dengan tanah air, dengan nenek moyang, atau dengan yang lain dari makhluk-makhluk Allah. Semua itu termasuk syirik.
Dalam sebuah hadist Rasululllah Saw. disebutkan :

    " Dan barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah maka dia telah kufur atau syirik" (R. Tirmidzi dan dihasankannya).

Bersumpah adalah pengagungan sesuatu yang digunakan untuk bersumpah. Padahal yang harus diagungkan dan disucikan itu hanya Allah Swt. semata.  
Oleh sebab itu Islam melarang bersumpah dengan selain Allah Swt.
Rasulullah Saw. bersabda :

    " Janganlah engkau bersumpah dengan bapak-bapak kamu" (R. Ibnu Majah)

    "Barangsiapa bersumpah hendaklah dia bersumpah dengan nama Allah atau diam" (R. Muslim)

Ibnu Mas'ud r.a. berkata :"Aku bersumpah dusta dengan Allah lebih baik bagiku dari bersumpah benar dengan selain Allah"

Sudah menjadi ketentuan agama bahwa bersumpah bohong dengan nama Allah termasuk dosa-dosa besar. Tapi syirik - meskipun syirik asghar-lebih besar dosanya dari seluruh dosa-dosa besar lain dalam pandangan hukum para sahabat-sahabat Rasulullah radhiallahu anhum.

b. Memakai kalung dan benang
Tauhid tidak bertentangan dengan motifasi ciptaan Allah dengan alam. Seperti makan untuk kepuasan, air untuk pengairan, obat untuk penyembuhan, senjata untuk menjaga diri dan motifas-motifasi lain yang memberikan reaksi-reaksi tertentu .
Bila seseorang menderita sakit, lalu dokter menentukan diagnosa atau melakukan operasi atau tindakan-tindakan medis lain, maka apa yang telah dilakukan dokter itu tidak akan keluar dari garis-garis tauhid. Tapi bila menempuh cara-cara lain yang dapat mengakibatkan pengaruh-pengaruh tersembunyi yang tidak disyari'atkan Allah untuk menghilangkan penderitaan atau menjaga diri dari suatu bahaya, maka perbuatan tersebut sudah bertentangan dengan tauhid.

Contoh perbuatan seperti itu ialah memakai kalung atau rantai dari besi, atau melilitkan benang di pergelangan tangan. Dalam hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan :

    "Dari Imran Bin Hushain, sesungguhnya Nabi Saw. pernah melihat seorang laki-laki memakai gelang di lengannya dari tembaga.

    Kemudian beliau bertanya: " Celaka kamu, apa ini?" Jawab si laki-laki tersebut: "Ini adalah benda yang lemah". Kemudian Rasulullah bersabda: "Ingat sesungguhnya dia itu hanya menambah kelemahanmu, karena itu buanglah dia, karena kalau kamu mati sedang dia itu tetap kamu pakai, selamanya kamu tidak akan selamat" (R. Imam Ahmad).

Rasulullah bersikap keras melarang laki-laki itu, sebagai peringatan untuk menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan syirik dan sebagai pelajaran kepada sahabat-sahabat beliau untuk menutup rapat-rapat pintu perbuatan syirik tersebut.
Oleh sebab itu, Hudzaifah Bin Yamaan ketika menjenguk seseorang yang sakit, beliau melihat sebuah sabuk atau benang di pergelangan tangan orang yang sakit itu yang dimaksudkannya untuk mencegah racun, maka beliau memotong-motong sabuk tersebut kamudian membacakan sebuah firman Allah yang berbunyi :

    " Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)" (Yusuf 106)

c. Menggantung azimat
Yaitu semacam kalung yang dibuat dari dahan-dahan kayu kecil yang disusun rapi, kemudian digantungkan di leher. Orang-orang Arab mengalungkan benda tersebut pada leher anak-anak dengan maksud untuk menolak jin atau memelihara mata dan sebagainya.
Perbuatan itu telah dihapus oleh Islam dengan mengajarkan kepada mereka bahwa hanya Allah Swt. yang dapat menolak dan mencegah sesuatu.

    " Dari Uqbah Bin Amir, Rasulullah Saw. bersabda: "Barangsiapa menggantungkan diri kepada tangkai, maka Allah tidak menyempurnakan (imannya), dan barangsiapa yang menggantungkan diri kepada azimat, maka Allah tidak akan mempercayakan kepadanya" (R. Ahmad)

Dalam riwayat lain disebutkan:

    "Barangsiapa yang menggantungkan azimat maka dia telah berbuat syirik" (R. Ahmad). Yaitu menggantungkannya dengan tujuan untuk meminta kebaikan atau mencegah kejahatan".

Perbuatan-perbuatan di atas dimasukkan dalam kategori syirik karena terkandung unsur meminta terhindar dari bahaya kepada selain Allah. Firman Allah :

    " Jika Allah menimpahkan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu" (Al-An'am 17)

Di antara azimat-azimat lain ialah tulisan-tulisan berupa huruf-huruf tertentu atau gambar-gambar tertentu dengan maksud untuk mencegah diri dari gangguan-gangguan setan dan sebagainya. Semuanya merupakan perbuatan dosa besar yang dilarang dalam agama.
Menghilangkan perbuatan semacam itu merupakan kewajiban bagi setiap orang yang mampu. Dari Sa'ad Bin Jubeir disebutkan; bahwa barangsiapa yang memotong azimat dari seseorang maka sama kedudukannya dengan memerdekakan seorang budak.

Bilamanaa azimat itu dibuat dari ayat-ayat Al-Qur'an, atau mengandung nama-nama Allah Swt. dan sifat-sifat-Nya, apakah termasuk dalam larangan agama tentang azimat atau merupakan pengcualian yang dibolehkan penggunannya? Para ulama salaf berbeda pendapat tentang persoalan itu. Sebahagian membolehkan dan sebahagian lain melarang. Pendapat yang kita terima ialah melarang pemakaian seluruh bentuk azimat, meskipun dibuat dari ayat-ayat Al-Qur'an, dengan dalil-dalil sebagai berikut :

Pertama  : Karena keumuman lafad hadits yang melarang tentang azimat, di mana tidak disebutkan pengecualiannya.
Kedua   : Saddun -Zariah (tindakan pencegahan). Karena memberi keringanan penggunaan azimat bilamana azimat itu dibuat dari ayat-ayat Al-Qur'an, berarti membuka pintu penggunaan azimat-azimat lain. Bila pintu kejahatan telah terbuka, maka sulit untuk ditutup.
Ketiga  : Karena bisa menjurus kepada penghinaan Al-Qur'an, dimana kadang kala pemakaiannya memasuki tempat-tempat bernajis seperti ketika membuang hajat dan dalam keadaan berjunub, haid dan lain-lain.
Keempat  : Menganggap enteng ayat-ayat Al-Qur'an dan bertentangan dengan apa yang termuat di dalamnya. Karena Allah menurunkan Al-Qur'an untuk menjadi petunjuk bagi manusia serta menyelamatkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Bukan untuk dijadikan azimat dan kalung bagi wanita.

d. Mantera
Di antara perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan tauhid, ialah mantera. Mantera ialah mengucapkan kata-kata dan gumam-gumam yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah dengan keyakinan bahwa kata-kata dan gumam-gumam itu dapat menolak kejahatan dengan bantuan jin, atau mengulang-ulang nama-nama asing atau kata-kata yang tidak dimengerti. Ketika Islam datang, maka semua perbuatan itu telah dihapuskan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :

    "Sesungguhnya mantera, azimat, dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik" (Ibnu Hibban).

Dalam sebuah Atsar diriwayatkan ; bahwa suatu ketika Abdullah bin Mas'ud melihat di leher isterinya ada kalung (bermantera), kemudian ia bertanya, apakah ini? isterinya menjawab: kalung yang dimantera untuk melindungi aku dari racun. Abdullah menarik kalung tersebut, kemudian dipotong-potong dan dibuangnya, lalu berkata :" Keluarga Abdullah telah terbebas dari kemusyrikan.
Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda :

    "Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna adalah syirik". Isterinya berkata : pada suatu hari saya keluar, kemudian si anu orang yahudi melihat saya maka melelehlah air mataku, tetapi apabila saya memakai mantera ini air mataku tidak akan meleleh, tapi kalau kubuang, meleleh lagi. Maka berkatalah Abdullah Ibnu Mas'ud kepadanya : itu adalah perbuatan syetan yang apabila kamu taat kepadanya, kamu akan ditinggalkannya, tetapi jika kamu durhaka kepadanya, maka ia akan cucuk matamu dengan jarinya. 

Tapi cukup bagimu untuk mengucapkan seperti apa yang telah diucapkan Rasulullah Saw.

    "Hilangkanlah penyakit ini hai Tuhan manusia, sembuhkanlah aku., karena engkaulah yang dapat menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, suatu kesembuhan yang tidak akan meninggalkan sakit" (R. Ibnu Majah, Abu Daud, dan Hakim)

Mantera yang diharamkan ialah yang mengandung ucapan meminta pertolongan kepada selain Allah, atau ucapan yang bukan bahasa arab yang kadangkala mengandung makna kekufuran atau kemusyrikan.
Adapun selain itu maka tidak ada halangan membacakan mantera. Sabda Rasulullah Saw.

    " Dari Auf Bin Malik berkata : "Kami pernah di masa jahiliyah membacakan mantera, lalu kami menanyakan ' Ya Rasulullah!
    Bagaimana pendapat engkau tentang itu? Jawab Nabi : "Kemukakanlah kepadaku tentang mantera kamu itu! Tiada mengapa mantera itu, kalau di dalamnya tidak mengandung syirik" ( H.R. Muslim)

Imam Suyuti berkata : Para ulama telah membolehkan bermantera bilamana terdapat tiga persyaratan berikut :
1. Dengan Kalamullah  (ayat-ayat Al-Qur'an) atau dengan nama-nama Allah atau sifat-sifat-Nya.
2. Dengan bahasa Arab atau yang dapat difahami maksudnya.
3. Berkeyakinan bahwa mantera itu sendiri tidak berpengaruh, tapi semuanya ditentukan oleh Allah Swt.

Guna-guna yang dimaksud dalam hadits di atas adalah semacam perbuatan sihir, dengan maksud agar sang suami mencintai istri atau sang istri mencintai suami.

e. Sihir
Syirik adalah suatu perbuatan syirik yang telah dilarang oleh Islam. Sihir ialah semacam cara penipuan dan pengelabuan yang dilakukan dengan cara memantera, menjampi, mengikat dan meniup.
Sihir termasuk syirik karena mengandung makna meminta pertolongan kepada selain Allah, yaitu meminta bantuan jin dan syetan atau bintang-bintang dan lain-lain.
Dalam sebuah hadits disebutkan :

    " Barangsiapa yang membuat satu simpul kemudian dia meniupinya, maka sungguh dia telah mensihir. Barangsiapa mensihir sungguh dia telah berbuat syirik".(R. Nasa'i)

    "Sihir termasuk di antara salah satu perbuatan dosa besar dalam Islam dan semua agama langit. Di dalam Al-Qur'anul Karim disebutkan melalui ucapan nabi Musa a.s.:" Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang" (Thaha 69)

    " Musa berkata : "Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya".
    Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan". (Yunus 81)

Nabi Muhammad saw telah menggolongkan perbuatan sihir ke dalam tujuh perbuatan mencelakakan yang disebut sesudah perbuatan syirik.
Al-Qur'an telah mengajarkan kepada kita untuk berlindung diri dengan Allah dari bahaya-bahaya sihir dan tukang sihir.

Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Karena tukang sihir ketika melakukan perbuatan sihirnya, mereka membuat buhul-buhul dari tali lalu meniup-niup setiap buhul tersebut hingga terlaksana apa yang dikehendaki. Maksud meniup di sini ialah menghembus-hembuskan nafas disertai dengan bacaan jampi-jampi.

Sebahagian ulama salaf  menempatkan tukang-tukang sihir itu sebagai orang kafir, dan perbuatannya itu adalah kekufuran.

Demikian pendapat Imam Malik, Abu Hanifah dan Ahmad Bin Hanbal.
Beberapa sahabat Rasulullah menentukan hukuman bagi tukang-tukang  sihir dengan hukuman bunuh dengan pedang. Telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Bujalah Bin Ubdata berkata :

Umar Bin Khattab mengirim surat perintah kepada kami untuk membunuh tukang sihir laki-laki dan wanita. Bujalah berkata : Lalu kami membunuh tiga orang tukang sihir laki-laki.
Membunuh tukang sihir telah dibenarkan oleh hadits yang meriwayatkan dari Hafsah Ummul  Mu'minin dan dari jundub dari sahabat Rasulullah saw.

Perbuatan sihir adalah haram, sedangkan orang yang mempercayai sihir dan yang datang ke tukang sihir untuk melakukan sihir, adalah orang-orang yang ikut serta berbuat dosa bersama dengan tukang sihir itu.

Sabda Rasulullah Saw. :

    "Ada tiga golongan manusia yang tidak akan masuk ke dalam syurga, yaitu peminum khamar (minuman keras), orang yang mempecayai sihir, dan pemutus silaturrahmi". (R. Muslim dan Ibnu Hibban dalam sahihnya).

f. Peramalan
Salah satu dari macam-macam sihir ialah peramalan. Yang dimasud dengan peramalan ialah yang menjadi dakwaan para peramalnya yang beranggapan bahwa mereka dapat mengetahui dan melihat rahasia-rahasia masa datang berupa kejadian-kejadian umum atau khusus melalui perbintangan. Perbuatan seperti itu termasuk salah satu contoh dari sihir dan dajjal. Sabda Rasulullah Saw. :
"Barangsiapa yang mempelajari salah satu cabang dari perbintangan, maka dia telah mempelajari sihir". (R. Abu Daud dengan sanad yang sahih)

Hadits di atas bukan ditujukan kepada mereka yang mempelajari ilmu perbintangan yang berkenaan dengan planet-planet, tentang dimensi, tempat peredaran nya yang dikenal dalam ilmu pengetahuan dengan ilmu astrononi. Tapi ditujukan kepada mereka yang mempelajari ilmu perbintangan yang dapat mengakibatkan kekufuran, seperti anggapan dapat mengungkapkan hal-hal  ghaib berupa sihir dan syirik, karena permasalahan-permasalahan ghaib hanya diketahui oleh Allah Swt. semata-mata.

g. Guna-guna
Termasuk dalam perbuatan sihir ialah apa yang telah banyak dilakukan oleh orang-orang terdahulu berupa tulisan-tulisan huruf dan kata-kata yang dianggapnya dapat menimbulkan kecintaan wanita kepada laki-laki dan kecintaan laki-laki terhadap wanita.
Dalam pembahasan terdahulu telah kita kemukakan sebuah hadits nabi yang berbunyi:

    " sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah syirik" ( R. Ibnu Hibban)

h. Dukun dan Tenung
Perbuatan yang sama dengan peramalan ialah perdukunan dan tenung. Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan hal-hal ghaib pada masa datang atau memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri manusia. Sedang tukang tenung ialah nama lain bagi peramal dan dukun atau nama lain bagi orang-orang yang mengatakan dirinya dapat mengetahui hal-hal ghaib, baik yang akan terjadi di masa datang atau yang tersembunyi di dalam hati. Baik hal itu dilakukan dengan cara melakukan hubungan dengan jin atau membaca garis-garis telapak tangan atau membaca dalam cangkir dan sebagainya.
Sabda Rasulullah Swt. :

    "Barangsiapa datang ke tukang juru ramal, kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang dikatakannya, maka shalatnya tidak akan diterima sebanyak 40 hari" (R. Muslim)

    "Barangsiapa datang ke tempat tukang tenung, kemudian mempercayai apa yang dikatakannya, maka sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. " (R. Abu Daud)

Karena apa yang diturunkan kepada Muhammad Saw. ialah hanya Allah yang mengetahui hal-hal ghaib.
Firman Allah :

    " Katakanlah : "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah" (An-Naml 65)

    " Dan pada sisi Allah-lah, kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahunya kecuali Dia sendiri".(Al-An-am 59)

    "(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang di ridhai-Nya" (al-jin 26-27).

Nabi sendiri tidak mengetahui yang ghaib, kecuali yang telah diajarkan Allah Saw. melalui wahyu. Oleh sebab itu Allah Swt. berfirman kepadanya dengan ayat yang berbunyi :

    " Katakanlah :" Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'tan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya  dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembaca berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (Al-A'raf 188)

Demikian pula jin tempat mereka meminta bantuan dengan perbuatan sihir dan tenung itu tidak mempunyai kemampuan mengetahui yang ghaib.
Allah berfirman tentang jin Nabi Sulaiman yang tidak mengetahui meninggalnya Nabi Sulaiman a.s.  

    "Maka tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan" (Saba' 14)

Berdasarkan hadits di atas, maka mempercayai dukun dan tukang tenung yang mengaku diri dapat mengetahui hal-hal ghaib adalah termasuk pengingkaran terhadap apa yang diturunkan kepada Allah Saw. berupa ayat-ayat yang nyata.
Manakala kedudukan orang-orang yang mendatangi tukan tenung, dukun, dan mempecayainya itu, mendapat tempat yang buruk dalam agama, maka bagaimanakah kedudukan mereka tukang tenung dan dukun tersebut ?. Mereka itu adalah orang yang keluar dari agama dan agama tidak mengakui mereka.
Sabda Rasulullah Saw. :

    " Tidak termasuk golongan kami, barangsiapa yang menganggap sial karena alamat (tathayyur) atau minta ditebak kesialannya dan menenung atau minta ditenungkan, atau mensihirkan atau meminta disihirkan" ( R. Al-Bazzar).

i. Bernadzar kepada selain Allah
Bernadzar kepada selain Allah adalah termasuk perbuatan syirik, seperti nazar kepada kuburan dan orang-orang mati. Karena nadzar adalah ibadat dan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah. Padahal peribadatan itu hanya dihadapkan kepada Allah Swt.

    " Apa yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat dzalim tidak ada seorang penolongpun baginya"(Al-Baqarah 270)

Yang dimaksud dengan orang-orang dzalim dalam ayat di atas ialah orang-musyrikin. Karena syirik adalah perbuatan kedzaliman yang sangat besar. Dan barangsiapa yang beribadat kepada selain Allah, maka dia telah berbuat syirik.
Sebahagian ulama mengatakan; bahwa nadzar yang dilakukan kebanyakan masyarakat awam sebagaimana yang sering kita saksikan seperti bila orang kehilangan sesuatu atau menderita sakit atau menghendaki sesuatu. lalu datang ke kuburan orang-orang alim (wali, ulama, kyai). lalu mengatakan : wahai tuan polam, jika Allah mengembalikan barangku yang hilang atau menyembuhkan penyakitku atau memenuhi kehendakku, maka aku akan memberikan kepadamu emas sekian gram, atau makanan sekian banyak, atau lilin dan minyak sekian, dan lain-lain. Menurut kesepakatan para ulama bahwa nadzar semacam itu haram hukumnya dalam agama, karena sebab-sebab berikut :
1. Nadzar tersebut ditujukan untuk makhluk, dan bernadzar untuk makhluk adalah haram hukumnya. Karena nadzar adalah ibadat, sedangkan ibadat itu tidak boleh ditujukan kepada makhluk.
2. Tempat menyampaikan nadzarnya adalah orang mati yang tidak memiliki kemampuan apapun.
3. Dia mengira bahwa orang mati itu dapat memberikan keputusan terhadap sesuatu persoalan di samping Allah, sedangkan mempercayai hal itu adalah berbuat kekufuran.
 
Demikian pula perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh sebahagian orang yang membawa uang, lilin, dan minyak atau barang-barang lain untuk dijadikan sesajen di tempat-tempat pemakaman para wali, dengan maksud pendekatan diri kepada mereka, adalah juga termasuk perbuatan yang diharamkan agama. Demikian menurut kesepakatan para ulama.

Oleh sebab itu manakala nadzar tersebut adalah perbuatan haram, maka sudah barang tentu tidak perlu ditepati. Bahkan dilarang untuk menepatinya, berdasarkan kepada tiga dalil sebagai berikut :
I.   Perbuatan itu tidak sesuai dengan perintah Rasulullah Saw dimana beliau telah bersabda :

    "Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang bukan menurut ajaran kami maka perbuatan itu tertolak"(R. Muslim)

II.  Nadzar itu dilakukan bukan untuk Allah, yang berarti tergolong perbuatan yang syirik, sama dengan bersumpah selain Allah.
Dengan demikian maka nadzar tersebut tidak perlu ditepati, dan tidak ada kaffarah. Menurut Syaikh Ibnu Taimiyah, orang yang melakukan perbuatan tersebut, diharuskan beristighfar kepada Alah Swt.
III. Nadzar tersebut termasuk bernadzar dalam bentuk perbuatan maksiat (dosa). Sunnah nabi telah menerangkan bahwa setiap nadzar yang mengandung makna kemaksiatan atau syirik. tidak perlu ditepati. Bahkan dilarang untuk ditepati. Sabda Rasulullah Saw. dalam hadits yang marfu' dari aisyah disebutkan :  

    "Barangsiapa bernadzar untuk berbuat taat kepada Allah maka hendaklah dia melaksanakannya, dan barangsiapa bernadzar untuk bebuat maksiat kepada Allah, maka janganlah dia berbuat maksiat kepada-Nya" (Bukhari)

    "Dari Tsabit bin Ad-Dahaak: bahwasanya seorang laki-laki telah bernadzar menyembelih seekor unta di buwanah (tempat di dekat Yalamlam) lalu Nabi Saw. bertanya kepadanya: "Apakah di dalamnya pernah ada berhala orang-orang jahiliyah yang disembah? Mereka menjawab: "Tidak". Nabi bertanya : "Apakah di dalamnya pernah ada perayaan (hari raya) mereka (orang-orang jahiliyah)? Mereka menjawab "Tidak". Lalu Rasulullah Saw. bersabda: "Bayarlah nadzarmu, karena tidak perlu membayar nazar yang berupa maksiat dan tidak pula apa yang telah dipunyai (disanggupi) oleh seseorang" (R. Abu Daud).

j. Sembelihan selain Allah.
Mempersembahkan qurban dan menyembelih hewan yang bukan karena Allah Swt. adalah termasuk perbuatan syirik.
Telah menjadi kebiasaan oranag-orang musyrikin disetiap bangsa melakukan penyembelihan qurban sebagai sarana pendekatan diri kepada tuhan-tuhan dan berhala-berhala mereka. Semua perbuatan itu telah dihapus dan diharamkan oleh Islam.

    " Yang disembelih atas nama selain Allah" (Al-Maidah : 3)

Yaitu sembelihan atas nama berhala atau semacamnya. " Yang disembelih atas nama berhala" (Al-Maidah ayat 3).
Yaitu sembelihan atas nama batu, pohon, atau berhala untuk disembah, diagungkan, atau dimintai berkahnya. Sementara itu Islam memerintahkan agar manusia menyebut nama Allah dalam setiap penyembelihan.
Oleh sebab itu Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjadikan shalat dan ibadahnya hanya karena Allah.

    "maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah" (Al-Kautsar 2)

Allah memerintahkan rasul-Nya untuk memproklamirkan kepada kaum musyrikin bahwa peribadatan dalam Islam berbeda dengan cara-cara peribadatan  mereka.

    "Katakanlah bahwa sesungguhnya shalatku, ibadatku (korban) hidupku dan matiku hanya semata-mata untuk Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. oleh sebab itu aku diperintahkan" (Al-An'am 162-163), (Ibadat (nasak) ialah sembelihan dengan maksud taqarrub kepada Allah).

    "Dari Ali r.a. berkata: " Rasulullah Saw. bersabda kepadaku dengan empat kalimat; yaitu : " Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Alah melaknat orang yang yang melaknat kedua orang tuanya. Allah melaknat oang yang melindungi penjahat, dan Allah melaknat orang yang merubah batas-batas tanah miliknya" (R. Muslim).

    "Dari Thariq bin Syihab; bahwa Rasulullah Saw. berkata : Telah masuk ke dalam surga seorang laki-laki karena seekor lalat, dan telah masuk kedalam neraka seorang laki-laki karena seekor lalat. Ditanya oleh para sahabat, bagaimana mereka ya Rasulullah?.
    Dijawab oleh Rasulullah Saw.: Dua orang laki-laki melewati suatu kaum yang menyembah berhala, dimana kaum itu tidak akan mengijinkan seorangpun melewati mereka kecuali setelah berkorban sesuatu. Maka kaum itu itu berkata kepada salah seorang keduanya. Berkorbanlah kamu. Dijawabnya :" Saya tidak mempunyai apa-apa untuk dijadikan korban. Kaum itu berkata kepadanya :
    Berkorbanlah walau seekor lalat. Lalu dia berkorban dengan seekor lalat, dan akhirnya diapun diijinkan melewati mereka. maka orang itu akan masuk ke dalam neraka. Selanjutnya kaum tadi memerintahkan kepada teman yang satu lagi; berkorbanlah kamu.
    Dijawabnya; Saya tidak pernah melakukan korban untuk siapapun melainkan untuk Allah Swt. maka kaum tadi memenggal lehernya, lalu dia masuk ke dalam surga".(R. Ahmad).

Nabi Saw. memuji sikap laki-laki mu'min tersebut dan memberitakan tentang masuknya dia ke dalam surga, karena telah bersabar dengan pembunuhan atas dirinya dan tidak rela mengorbankan apapun yang diperuntukkan kepada selain Allah. Permasalahannya ialah, setelah mempersembahkan seekor lalat yang diperuntukkan kepada selain Allah, dikhawatirkan nanti akan mempersembahkan seekor unta.
Salah satu dari tuntunan Islam dalam memelihara tauhid dan menjauhkan perbuatan syirik ialah larangan melakukan penyembelihan kepada Allah di tempat-tempat pelaksanaan sembelihan kepada selain Allah. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh hadits Rasulullah Saw. yang diriwayatkan dari Tsabit Ad-Dahhaak tentang seseorang yang bernadzar menyembelih seekor unta di Buwanah.   

k. Tathayyur (Berperasaan sial)
Tathayyur ialah berfirasat buruk, berperasaan sial, yang menimbulkan rasa pesimis, karena pengaruh berbagai suara tertentu yang didengar atau sesuatu kejadian yang dilihat dan atau lain-lain seperti itu.
Bila pengaruh-pengaruh tersebut telah mengakibatkan seseorang membatalkan niat seperti, bepergian, melangsungkan pernikahan, atau prbuatan-perbuatan lain, berarti dia telah terjerumus ke dalam perbuatan syirik. Karena dia tidak sepenuhnya bertawakkal kepada Allah dan mengalihkan tawakkalnya kepada selain Allah dan menjadikan firasat buruk (perasaan sial) tersebut lebih berperngaruh daripada tawakkalnya kepada Allah Swt.
Sabda Rasulullah Saw.

    "Barangsiapa membatalkan (mengurungkan) hajatnya (keperluannya) karena tathayyur, maka sungguh dia telah berbuat syirik. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah :" Apakah kaffarah  (tebusan), denda dari perbuatan tersebut?". Dijawab oleh beliau: "Agar engkau mengucapkan : "Ya Allah tidak ada suatu kebaikan kecuali kebaikan-Mu dan tidak ada suatu tathayyur (perasaan sial) kecuali tathayyur yang datang dari-Mu", dan tidak ada Tuhan melainkan Engkau" (R. Imam Ahmad)

Adapun tekanan-tekanan psikologis (kejiwaan) atau ketakutan mendapat bahaya dalam diri seseorang karena pengaruh sesurau itu, tidak akan terjadi manakala disaat melakukan hajatnya (keperluannya) dia bertawakkal kepada Allah serta maksud tujuannya tidak dibatalkan karena pengaruh tathayyur tersebut.
Sabda Rasulullah Saw.

    " Tathayyur (berperasaan sial) itu syirik, tathayyur itu syirik, apa kesalahan kita, kecuali... tetapi Allah akan menghilangkannya (Tathayyur) itu dengan bertawakkal kepada Allah" (R. Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud).

Makna kalimat apa kesalahan kita, kecuali... ialah apa dosa di antara kita, karena setiap orang di antara kita ini ada perasaan-perasaan seperti itu sebagai tanda kelemahan manusia. Tapi ciri-ciri khas seorang mu'min ialah berkeyakinan bahwa sesungguhnya Allah akan menghilangkan semua perasaan-perasaan tersebut dari dalam hatinya karena pengaruh tawakkal kepada Allah.
Lawan dari tathayyur ialah berpengharapan baik atau optimis. Yaitu perkiraan seseorang akan terjadi kebaikan karena pengaruh sesuatu ucapan yang didengar atas sesuatu yang dilihat.
Rasulullah Saw. mencintai seseorang yang berjiwa optimis.

    " Dan aku tertarik (menyukai) pengharapan baik (optimis) yaitu ucapan yang baik" (R. Muslim).

Contoh berpengharapan baik (optimis) ialah bila seseorang yang sedang menderita suatu penyakit, lalu mendengar ucapan orang lain yang mengatakan: " Hai orang yang sehat". Dengan ucapan itu maka timbullah rasa optimis untuk sembuh dan sehat kembali dalam diri si penderita. Itulah perbuatan baik untuk dilakukan, karena mengajak kepada berpengharapan besar  dan berprasangka baik kepada Allah Swt. Berbeda dengan tathayyur (rasa pesimis) yang mengandung sangkaan buruk terhadap Allah dan memperkirakan akan terjadinya suatu bencana atau bahaya tanpa ada sebab-sebab yang dapat menimbulkan bahaya tersebut.

2. Islam Menutup lobang-lobang kemusyrikan

Islam datang dengan ketauhidan murni. Memberantas kemusyrikan yang besar dan kecil. Memberi peringatan untuk selalu waspada dari perbuatan syirik.
Untuk itu Islam telah menentukan berbagai cara penyelamatan untuk tidak terjerumus ke dalam perbuatan syirik tersebut. Lobang yang dapat menghembuskan angin kemusyrikan itu, antara lain :

a. Berlebih-lebihan mengagungkan Nabi
Nabi Muhammad Saw. melarang ummat Islam yang berlebih-lebihan dalam mengagungkan dan memuji-mujinya. Beliau bersabda :

    "janganlah engkau menyanjung-nyanjung aku sebagaimana ummat nashara menyanjung-nyanjung Isa Bin Maryam. Sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan rasul-Nya" (Muttafakalaih).

Al-Qur'anul Karim menyanjung ubudiyah Rasulullah Saw. dan ditempatkannya pada kedudukan yang paling mulia, sebagaimana yang ditegaskan  dalam makna firman Allah Swt. berikut :

    "Segala puja dan puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak menjadikan kebengkokan baginya"

    "Maha suci Allah yang telah menperjalankan hamba-Nya di malam hari dari masjidil haram ke masjidil Aqsha" (Al-Isra'1)

    " Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (muhammad) apa yang telah Allah wahyukan" 

Bila Rasulullah Saw. melihat atau mendengar sesuatu yang dapat menjurus kepada sikap yang melebih-lebihkan pribadinya, maka beliau mencegah orang yang mengatakan atau melakukan perbuatan tersebut. Kemudian beliau mengajarkan yang hak dan benar.

    " Dari Abdullah Bin Syukhair r.a. berkata : Aku berangkat bersama suku Bani Amir menghadap Rasulullah Saw. lalu kami berkata:
    " Engkau tuan kami..." Berkata Rasulullah : Tuan itu adalah Allah Tabaraka Wataala". (R. Abu Daud)

    " Dari Anas, bahwa orang-orang memanggil : "Ya Rasulullah, hai orang baik kami dan orang baik kami, hai tuan kami dan anak tuan kami." Maka beliau bersabda : " Hai Manusia ! Ucapkanlah seperti ucapanmu yang biasa atau hampir seperti ucapanmu yang biasa itu, jangan kamu dapat diperdaya oleh syetan. Saya adalah Muhammad, hamba Allah dan rasul-Nya. Saya tidak suka kamu mengangkat aku lebih dari kedudukanku yang telah Allah tempatkan aku" (R. Nasa'i)

Dan ketika seseorang mengatakan kepada beliau :

    " Apa yang Allah kehendaki dan engkau kehendaki, maka beliau berkata : " Apakah engkau menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah Yang Tunggal"? (R. Nasaa'i).

b. Berlebih-lebihan mengagungkan orang-orang shaleh
Diantara perbuatan yang dilarang oleh Islam ialah berlebih-lebihan dalam mengagungkan orang-orang shaleh. Ummat Kristen telah mengagung-agungkan Al-Masih sehingga menjadikannya anak Allah atau oknum ketiga dari doktrin trinitas, sementara itu sebahagian penganut Kristen lain menganggapnya sebagai Tuhan.
Demikian pula penganut-penganut Kristen lainnya telah berlebih-lebihan mengagungkan pendeta dan rahib, sehingga menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan di samping Allah.
Allah Swt. memperingatkan sikap berlebihan ahlul kitab, dalam firmanNya yang berbunyi:

    " Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar".

    " Katakanlah : "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus" (Al-Maidah 77)

Perbuatan syirik yang pertama kali dilakukan manusia di bumi ini ialah syiriknya ummat nabi Nuh a.s. yang disebabkan oleh sikap berlebih-lebihan mengagungkan orang-orang shaleh.
Di dalam sahih Bukhari dari Ibnu Abbas disebutkan sebuah hadits yang menceritakan tentang tuhan-tuhan ummat nabi Nuh tersebut, yaitu Wud, Suwa, Yaguts, Ya'uq, dan Nasr. Nama tuhan-tuhan tersebut ialah nama orang-orang shaleh dari ummat nabi Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, maka syaitan menggoda ummat mereka untuk membuat patung-patung di majlis-majlis pengajian mereka dan menamakannya dengan nama ulama-ulama mereka.
Pada mulanya patung-patung itu belum disembah oleh ummat yang membuatnya, namun setelah mereka tiada dan ummat berikutnya telah melupakan ajaran agama, akhirnya patung-patung itu disembah.

Sebahagian ulama salaf mengatakan: setelah ulama-ulama pengikut nabi Nuh itu meninggal , maka ummatnya selalu menyanjung-nyanjung mereka di kuburan, kemudian membuat patung-patung ulama-ulama tersebut sehingga lama-kelamaan mereka menyembah patung-patung itu. Disini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sikap berlebihan sebahagian umat Islam terhadap orang-orang shaleh (ulama, kiyai dan wali ) dapat menjurus kepada perbuatan syirik. Seperti bernadzar untuk mereka, berkurban, meminta pertolongan dan bersumpah dengan nama mereka, karena diyakini bahwa mereka mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam alam kehidupan di balik motifasi dan hukum-hukum alam, sehingga mereka berdoa kepada selain Allah. Dan inilah perbuatan dosa besar dan kesesatan yang sangat menyesatkan.

c. Memuja Kuburan
Memuja kuburan adalah salah satu perbuatan yang dilarang keras dalam Islam, terutama kuburan para nabi dan orang-orang shaleh.
Oleh sebab itu Islam melarang beberapa perbuatan yang dapat menjurus kepada pemujaan kuburan.

1. Menjadikan kuburan sebagai masjid.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam sahihnya, bahwa lima hari sebelum wafatnya Rasulullah Saw. beliau bersabda:

    " Ketahuilah bahwa orang-orang sebelum kamu telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka masjid-masjid . Ingat, jangan kamu menjadikan kuburan itu masjid-masjid, karena sesungguhnya aku melarang kamu melakukan hal yang demikian itu". (R. Muslim)

    Dari Aisyah dan Ibnu Abbas berkata : "Laknat allah atau orang-orang Yahudi dan Nashara, karena mereka menjadikan kuburan-kuburan nabi-nabi mereka masjid-masjid. Berhati-hatilah dengan apa yang mereka lakukan". (MUttafaq alaih).

2. Shalat menghadap ke kuburan.

    " Janganlah engkau duduk di atas kuburan dan janganlah engkau shalat menghadap ke kuburan" (R. Muslim)
    Yaitu jangan menjadikan kuburan itu akan kiblat.

3. Menyalakan lampu dan lilin di atas kuburan.

    " Allah melaknati orang-orang wanita yang menziarahi kubur dan orang-orang yang menjadikannya mesjid dan meyalakan lampu.

4. Membangun dan mengapur kuburan
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir berkata :

    "Rasulullah Saw. melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya dan membangun bangunan di atasnya".

5. Menulis di atas kuburan

    " Sesungguhnya Nabi Saw. melarang mengapur kuburan dan menulis di atasnya". (R. Abu Daud dan Tirmidzi)

6. Meninggikan kuburan.

    " Bahwa nabi Saw. mengutus  (Ali) dan memerintahkannya untuk tidak membiarkan kuburan meninggi kecuali dari tanah kuburan itu sendiri". ( R. Muslim).

Sebagaimana disebutkan dalam sunah Abu Daud tentang larangan Rasulullah Saw. menambahkan batu, atau kerikil dan lain-lainnya di atas tanah bekas galian kuburan. Oleh sebab itu para ulama salaf memakruhkan meninggikan kuburan.

7. Upacara dan peringatan di kuburan.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Abu Hurairah, dalam hadits marfu': "janganlah engkau menjadikan rumah-rumah kamu kuburan, dan janganlah engkau menjadikan kuburanku tempat upacara perayaan (peringatan) dan bersalawatlah kepadaku karena shalawatmu itu akan sampai kepadaku di mana kamu berada".

    " Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dengan sanadnya dari Ali bin Al-Husein, bahwa dia melihat seorang laki-laki datang memasuki sebuah lubang di kuburan Nabi Saw. lalu dia masuk dan berdo'a di dalamnya. Abu Ya'la melarang orang itu dan berkata :

    " Maukah kamu aku ceritakan sebuah hadits yang aku dengar dari bapakku dari kakekku dan dari Rasulullah Saw. berkata :

    "Janganlah engkau menjadikan kuburanku upacara peringatan, dan rumahmu menjadi kuburan, karena shalawat dan salam kamu akan sampai kepadaku di mana kamu berada". 

Maksud menjadikan kuburan itu sebagai upacara peringatan ialah berkumpul dan duduk-duduk di kuburan atau melakukan perbuatan itu.
 
Kuburan Rasulullah Saw. adalah kuburan yang paling mulia di atas permukaan bumi. Bila beliau melarang melakukan upacara peringatan di atas kuburan beliau, maka sudah tentu kuburan selain itu lebih dilarang lagi. karena dengan shalawat dan salam itu saja sudah cukup, dan akan sampai kepada Nabi Saw. di mana saja seorang muslim berada.

Hikmah Larangan Pemujaan Kuburan
Hikmah yang menjadi tujuan Islam dalam melarang pengagungan kuburan ialah karena akan dapat menjadi sarana (perantara) perbuatan syirik besar dan kecil. Hal ini telah terjadi pada ummat nabi Nuh dan juga masih dapat kita saksikan pada zaman sekarang ini. Berlebih-lebihan dalam mengagungkan kuburan orang-orang shaleh, lama kelamaan akan menjadikannya berhala-berhala yang disembah. Oleh sebab itu Rasulullah Saw. bersabda :

    " Hai Tuhanku janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah. Allah akan sangat murka kepada kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka itu tempat-tempat peribadatan". (R. Maliki)

Namun sangat disayangkan, sampai saat ini masih banyak orang-orang Islam yang melakukan larangan Rasulullah Saw. tersebut.
Mereka menjadikan kuburan para orang shaleh (wali) sebagai tempat melakukan upacara-upacara peringatan (haul). Membangun kuburan secara megah.membangun mesjid dan kubah. Menyalakan api dan lilin. Berdiri mengheningkan cipta. Bernazar untuknya.
Bahkan melakukan thawaf seperti halnya mereka thawaf mengelilingi Ka'bah. Mereka mencium kuburan itu seperti mencium hajar aswad. Bangunannya diperluas dan ditinggikan untuk dipeluk dan dicium, dan bahkan ada sebahagian mereka yang bersujud, merengek-rengek sembari memukulkan badannya dengan tanah. Mereka berdiri khusyu', mengadu kepada mayat di dalamnya, meminta dilunasi hutang, diselamatkan dari bahaya, disembuhkan dari penyakit, dimenangkan dari lawan, dan bahkan sebahagian lain mengajukan permohonan secara tertulis kepada penghuni kubur. Ini adalah syirik jalie (nyata). La hawla wala quwwata illa billah.

d. Meminta berkah kepada pepohonan dan batuan.
Bentuk perbuatan syirik lain yang diberantas oleh Islam ialah meminta berkah kepada pohon, batu dan kuburan. Berkeyakinan bahwa benda-benda itu mempunyai khasiat dan berkah tertentu yang akan diperoleh bagi orang yang menyentuh, mengelilingi, menziarahi, atau duduk padanya. Apabila perbuatan itu terus berlanjut, maka dapat menggiringnya ke arah perbuatan syirik besar. Karena berhala-berhala besar bangsa arab pada mulanya berbentuk batu besar seperti Allaat, atau pohon seperti Uzza, atau batu seperti Manaat. Oleh sebab itu Nabi Muhammad Saw. memperingatkan umat Islam untuk menjauhkan perbuatan-perbuatan tersebut.

Imam Turmidzi telah meriwayatkan dari Abu Wafid Al-Batsi : "Kami keluar bersama Rasulullah Saw. dalam peperangan Hunain. Pada masa itu kami baru masuk Islam. Orang-orang musyrikin mempunyai sebatang pohon tempat mereka mendekap dan menggantungkan senjata-senjata. Pohon itu dinamakan sengan "Dzaatu Anwaat" (yang bergelantungan). Maka kami melewati sebatang pohon, dan meminta kepada Rasulullah Saw.:" Ya Rasulullah jadikan buat kami "Dzaatu Anwaat" (tempat menggantung senjata) sebagaimana mereka mempunyai pohon untuk itu. Dijawab oleh Rasulullah Saw. : "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar), perbuatan itu adalah tradisi orang-orang terdahulu - demi jiwaku yang ada dalam kekuasaan-Nya seperti kaum Bani Israil yang berkata kepada nabi Musa "Hai Musa buatkan untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab :

    "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". (Al-A'raf 138). Niscaya kamu mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu".

Nampaknya para sahabat Nabi tersebut hanya ingin meminta berkah saja dengan pohon itu, bukan untuk menggantungkan senjata mereka di atasnya. Rasulullah melarang keras kehendak mereka, sebagai tindakan pencegahan masuknya kemusyrikan. Sangat disayangkan sekali bahwa banyak di antara kaum muslimin yang telah menyimpang dari petunjuk rasulullah serta mengikuti tradisi orang-orang terdahulu. Mereka membuat berhala-berhala untuk meminta berkah dengannya, mereka mengusap-usapnya, berdoa di sisinya, menjadikannya perantara, dan mencintainya seperti orang-orang musyrikin yang mencintai berhala-berhala. Betapa banyak di negeri-negeri kaum muslimin yang memiliki "Dzaatu Anwaat" yang dicegah oleh Rasulullah Saw.
Kewajiban kaum muslimin, penguasa-penguasa, dan ulama-ulamanya ialah menghapus kemungkaran-kemungkaran tersebut. Membanteras dan menghancurkan pepohonan atau tiang, kuburan, batang kayu, mata air, batu dan lain-lainnya, sebagai realisasi dari uswah yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. ketika mengutus Ali bin Abi Thalib untuk meruntuhkan dan meratakan kembali kuburan yang telah ditinggikan dengan tanah di atasnya.
Dalam sahih Muslim disebutkan :

    "Dari Abu Hiyaj Al-Asadie berkata: "Berkata Saidina Ali kepadaku : "Bukankah saya tidak mengutus kamu seperti Rasulullah mengutus aku?, yaitu kiranya kamu tidak membiarkan satupun patung kecuali harus kamu hancurkan, dan tidak pula suatu kubur yang menonjol kecuali harus kamu ratakan dia".(R. Muslim)

Imam Abubakar Athurthuusi berkata : "Ketika Umar bin Khattab mendengar berita bahwa orang mendatangi pohon tempat Rasulullah memba'iat sahabat-sahabat, dan mereka shalat di tempat itu, maka Umar mengutus seseorang untuk menebang pohon tersebut.
Tindakan itu untuk menjaga agar kaum muslimin tidak terjerumus ke dalam fitnah".
Bila Umar R.a. telah menebang pohon yang telah disebutkan Allah dalam Al-Qur'an, tempat Rasulullah membai'at sahabat-sahabat, maka bagaimanakah hukumnya pohon-pohon lain yang sudah menjadi berhala dan arca yang dapat menimbulkan fitnah besar dan ujian berat?

Imam Thurthusi berkata:" Perhatikanlah; wahai sekalian manusia, bila kita menemukan pohon Bidara atau pohon lain yang didatangi oleh orang-orang untuk diagungkan, mengharapkan kebaikan daripadanya, penyembuhan penyakit daripadanya, memukulkan paku dan membakar api unggun, maka pohon itu adalah "Dzaatu Anwaat", tebanglah pohon itu".
Dari Mubarrir Bin Suwaid, ia berkata: " Saya pernah shalat subuh di sebuah masjid bersama Umar bin Khattab dalam perjalanan menuju Mekkah. Beliau membaca surat "Alam tarakaifa fa'ala Rabbuka biashabil fiil" dan " li-lila fi qurasyin". Setelah shalat beliau melihat orang-orang yang berhilir mudik ke tempat tujuannya masing-masing, maka beliau bertanya :Kemanakah mereka itu hendak pergi?. Dijawabnya : Ke masjid yang tempo hari Rasulullah pernah shalat disitu. Umar berkata : Ummat dahulu rusak justru karena perbuatan seperti ini. Mereka selalu mencari-cari jejak yang pernah dilintasi oleh nabi-nabinya, kemudian disitu didirikan gereja-gereja dan kuil-kuil. Oleh sebab itu barangsiapa yang yang telah sampai waktu shalat baginya di masjid itu, maka shalatlah di situ, dan siapa tidak dapat waktu shalat di situ maka pergilah, tapi jangan semata-mata berniat hendak shalat disitu".
Demikian fiqh Umar ra. dalam memelihara akidah ummat dan kekhawatiran beliau untuk tidak terjadi sikap berlebihan terhadap agama.

e. Ucapan-ucapan yang dapat mengungkapkan kemusyrikan
Hal lain yang diperingatkan oleh Rasulullah untuk dijauhi ialah kata-kata yang dapat menjurus kepada syirik dan merusak aklaq terhadap Allah.
Sebagai  contoh :
a. Orang yang berkata :"Apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki si polan", atau dengan nama Allah dan dengan nama pangeran atau rakyat.
Dalam hadits yang lalu kita mengetahui bagaimana Rasulullah melarang ucapan-ucapan seperti itu.

    " Dari Hudzaifah dari Rasulullah Saw. berkata: " Janganlah kamu mengatakan apa yang dikehendaki Allah dan dikehendaki si polan, tapi berkatalah apa yang dikehendaki Allah kemudian dikehendaki si polan". (R. Abu Daud dengan sanad yang sahih)

b. Kalimat yang berbunyi : "kalau bukan karena Allah dan si polan", atau aku bergantung kepada Allah dan kepadamu, dan atau ungkapan-ungkapan yang serupa dengan kalimat-kalimat di atas.
Berkata Ibnu Abbas dalam tafsirannya tentang firman Allah Swt. : " Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah". Syirik itu lebih halus dari merayapnya semut, berwarna hitam dalam kegelapan malam. yaitu kamu berkata: " Demi Tuhan dan demi hidupmu hai polan dan hidupku. Dan kamu berkata : kalau bukan karena anjingnya si ini, niscaya pencuri akan masuk rumah kami, dan ucapan seseorang kepada orang lain: Apa yang Allah dan engkau kehendaki, dan ucapan seseorang, kalau bukan karena orang itu dan si polan. Suatu kata-kata itu mengandung makna syirik (R. Ibnu Abi Hatim)

c. Memberi nama dengan nama-nama Allah Swt. atau nama yang seharusnya dikhususkan bagi Allah.

    " Dari Abu Syuraih bahwa dia dahulunya dipanggil dengan Abu Al-Hukmi, maka nabi Saw. berkata kepadanya :" Sesungguhnya Allah adalah Al-Hukmi dan kepada-Nya berlaku semua hukum, kemudian dia bergelar dengan nama anaknya yang paling besar bernama Syuraih" (R. Abu Daud).

    "Dari Abu Hurairah ra. dari nabi Saw. berkata: " Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah ialah orang yang menamai dengan (Malikul Amlaak) ia malika Illallah "pemilik segala milik tidak ada yang empunya melainkan Allah". Sufyan Bin Uyainah berkata seperti (Syahansah bagi kata-kata asing karena maknanya adalah "pemilik semua milik". Dalam riwayat lain disebutkan :
    "Orang yang paling dibenci dan dikeji oleh Allah pada hari kiamat".

d. Pemberian nama manusia dengan Abdun (hamba) selain Allah. Seperti, Abdul Ka'bah, Abdun Nabi, Abdul Husein, Abdul Masih ada atau nama-nama lain seperti itu. Ibnu Hazam mengatakan bahwa ulama sependapat tentang haramnya pemberian nama seperti itu, kecuali Abu Muthalib.

e. Menghina masa (zaman) ketika seseorang mendapat kesulitan atau bencana.
Menghina masa adalah suatu keluhan terhadap Allah swt. atau berbuat doas kepada-Nya. Karena Dialah Yang mengendalikan semua urusan, menggantikan malam dengan siang, dan Yang mengatur segala kejadian di alam ini.

Oleh sebab itu di dalam sebuah hadits sahih disebutkan :

    " Anak adam (manusia) mengucapkan perkataan yang tidak menyenangkan-Ku,. Mengutuk masa dan Aku (yang menciptakan) masa. Aku yang menggantikan malam

Iman Kepada Para Rasul

Yaitu meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah sungguh telah memilih dari hamba-hambaNya sebagai seorang Rasul, dan memberikan wahyu kepadanya, dan memerintahkan kepadanya untuk menyampaikan risalahNya sampai tidak ada umatnya yang bisa menyangkal kebenaran risalah yang dibawanya, dan bahwa para rasul diberikan mukjizat untuk menunjukan kebenaran risalah yang dibawanya.

Mengenai Rasul tersebut di dalam Alquran diantaranya: (AnNisa": 136)(AnNahl: 36)(AnNisa": 163).

Para Rasul
Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus RasulNya untuk setiap umat. ( و لكل امة رسول )( Yunus: 47). Rasulullah pernah bersabda ketika ditanya tentang para Nabi: مائة وعشرون الفا والمرسلون منهم ثلاثما ئة و ثلا ثة عشر (HR. Bukhori dan Muslim)
Dan adapun para Rasul yang dijelaskan Allah yang disebut namanya dalam AlQuran ada 25 yaitu:
Adam, Idris, Nuh, Hud, Soleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Ya'qub, Yusuf, Ayub, Su'aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Suliaman, Ilyas, Alyas'a, Yunus, Zakariya, Yahya, 'Isa, Muhammad.

Muhammad SAW
Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus seorang Rasul untuk menjelaskan apa yang diturunkan kepadanya(rasul), dan Rasul-rasul tersebut dikhususkan untuk umat tertentu.Nabi Musa diutus untuk bani israil, nabi Isa untuk kaum nasrani, dan setiap rasul untuk kaumnya saja. Akan tetapi berbeda untuk Nabi Muhammad, beliau diutus untuk seluruh umat manusia, karena beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah yang menyampaikan risalahNya yang sempurna, yang termaktub dalam AlQuran. ( وما أرسلنك الا رحمة للعلمين )(AlAnbiya": 107) ( ما كان محمد أبا أحد من رجا لكم و لكن رسولالله و خا تم النبين )( Al Ahzab: 40)
Rasulullah Bersabda: " كلكم يدخلون الجنة الا من ابى قالوا ومن يأبى يا رسول الله؟ قال من اطاعنى دخل الجنة ومن عصانى فقد أبى "( HR Bukhori).
Dan bersabda juga : " فضلت على الأ نبياء بست أعطيت جوامع الكلام و نصرت بالرعب و أحلت الى الغنا ئم وجعلت لي الأرض مسجدا طهورا و ارسلت إلى الخلق كافة و ختم بي النبيون " ( رواه مسلم و الترميذى

Kewajiban Kepada Para Rasul: (AnNisa': 80,150)



Read more: Iman Kepada Para Rasul - IslamWiki http://islamwiki.blogspot.com/2009/02/iman-kepada-para-rasul.html#ixzz1if3XpnUb
Under Creative Commons License: Attribution

Apa Saja Dosa-Dosa Besar

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". An Nisaa: 31.

Sebagai manusia biasa, kita tidak akan pernah luput dari dosa. Sungguh Allah Maha Pengampun, sehingga Allah memaafkan dosa yang telah diperbuat hambaNya jika bertaubat. Namun sebagai orang yang beriman kita juga harus menjauhi dosa-dosa yang besar, karena dosa-dosa besar hanya bisa ditebus dengan hukuman yang sangat berat. Dan jangan sampai kita melakukan dosa yang paling besar yang tidak dapat dimaafkan yaitu berbuat syirik.

Syekh M. Mutawalli Sya'rawi menjelaskan dalam kitabnya yang diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al Kattani dan Fithriah Wardie dengan judul "Dosa-dosa Besar", sebuah riwayat yang menceritakan tentang Amru bin Ubaid.Suatu saat, Amru bin Ubaid ingin mengetahui definisi yang jelas tentang apa itu dosa besar, secara langsung dari nash Al Quran, bukan dari pendapat para ulama.

Ia kemudian menemui Abu Abdillah Ja'far bin Muhammad Shadiq. Seperti kita ketahui, Ja'far Shadiq adalah orang tokoh yang paling patut untuk ditanya tentang hal ini; karena ia adalah seorang ulama dari ahlul bait, dan ia telah begitu mendalami rahasia-rahasia kandungan Al Quran. Setelah ia bertemu dengannya, dan duduk bersamanya, ia kemudian membaca firman Allah SWT berikut ini:

"(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil". (An Najm: 32).
Sampai di sini ia berhenti dan berdiam!. Menyaksikan hal itu Abu Abdillah Ja'far Shadiq bertanya kepadanya: "mengapa engkau terdiam, wahai Ibnu Ubaid?"

Ia menjawab: "aku ingin mengetahui secara pasti apa itu dosa-dosa besar, langsung dari keterangan kitab Allah".
Abu Abdillah Ja'far Shadiq berkata: "engkau datang kepada orang tepat".

[Dosa besar itu adalah, pertama:]
Selanjutnya ia berkata kembali: "syirik kepada Allah SWT. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya". (An Nisaa: 48)
Dan Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga". (Al Maaidah: 72)

[dosa besar yang kedua adalah]
Selanjutnya ia menambahkan: berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah SWT. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"".(Yuusuf: 87).
Demikianlah, Abu Abdillah Ja'far Shadiq mengungkapkan hukum sambil menyebutkan dalilnya dari Al Quran.

[dosa besar yang ketiga:]
Berikutnya ia memberikan penjelasan selanjutnya:merasa aman dari ancaman Allah SWT. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (Al A'raaf: 99)

[dosa besar yang keempat]
Dosa besar yang keempat adalah: berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Karena Allah SWT mensipati orang yang berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy 'orang yang sombong lagi celaka'. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (Maryam: 32).

[dosa besar yang kelima]
Dosa besar yang berikutnya adalah: membunuh. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya". (An Nisaa: 93).

[dosa besar yang keenam]
Dosa besar yang berikutnya adalah: menuduh wanita baik-baik berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar". An Nuur: 23)

[dosa besar yang ketujuh]
Dosa besar berikutnya adalah: memakan riba. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila". (Al Baqarah: 275)

[dosa besar yang kedelapan]
Dosa besar berikutnya adalah: lari dari medan pertempuran. Maksudnya, saat kaum Muslimin diserang oleh musuh mereka, dan kaum Muslimin maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seseorang individu Muslim yang melarikan diri dari pertempuran itu. tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya". (Al Anfaal: 16)

[dosa besar yang kesembilan]
Dosa besar berikutnya adalah: memakan harta anak yatim. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (An Nisaa: 10)

[dosa besar yang kesepuluh]
Dosa besar berikutnya adalah: berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu". (Al Furqaan: 68-69)

[dosa besar yang kesebelas]
Tentang menyembunyikan persaksian, adalah seperti difirmankan oleh Allah SWT:
"Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya". (Al Baqarah: 283)

[dosa besar yang ke-12]
Dosa besar berikutnya adalah: sumpah palsu. Yaitu jika seseorang bersumpah untuk melakukan sesuatu perbuatan, namun ternyata ia tidak melakukan perbuatan itu. atau ia bersumpah tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, namun nyatanya ia kemudian melakukan perbuatan itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih". (Ali Imraan: 77 )

[dosa besar yang ke-13]
Dosa besar berikutnya adalah: berbuat khianat atas harta pampasan perang. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:

"Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu". (Ali Imraan: 161)

[dosa besar yang ke-14]
Dosa besar berikutnya adalah: meminum khamar [minuman keras]. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan". (Al Maaidah: 90).

[dosa besar yang ke-15]
Dosa besar berikutnya adalah: meninggalkan shalat. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat". (Al Muddats-tsir: 42-43 )

[dosa besar yang ke-16]
Dosa besar berikutnya adalah: melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi. Karena tali silaturahmi adalah salah satu ikatan yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disambung. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi". (Al Baqarah: 27 )
(Sumber: mediaisnet)


Anda Suka Dengan Blog Ini? Gabung "Like"

Dengan menjadi fans like dari blog ini maka Anda akan mendapatkan ikhtisar posting terbaru dari blog Islamwiki melalui status facebook.

Bagikan tulisan-tulisan dalam blog ini kepada teman-teman dengan tombol-tombol share yang tersedia di bagian bawah ini.


Read more: Apa Saja Dosa-Dosa Besar - IslamWiki http://islamwiki.blogspot.com/2011/08/apa-saja-dosa-dosa-besar.html#ixzz1if2le9oe